Setelah melakukan persiapan awal, berikutnya anda sudah dapat melakukan pemotretan dengan teknik dasar sebagai berikut :
- Nyalakan kamera dengan menekan ON/OFF Switch. Jika lampu menyala dan tutup lensa kamera terbuka berarti kamera siap untuk digunakan.
- Peganglah kamera dengan dua tangan agar kamera tidak goyang saat Anda menekan Shutter Button.
- Berikutnya arahkan kamera pada objek dan lihat hasilnya pada tampilan objek (Image Display) atau bisa melihat langsung melalui Optical Viewfinder kamera.
- Setelah lensa kamera bisa menangkap objek pada posisi yang tepat maka tekan tombol shutter. Jangan langsung menekan habis Shutter Button untuk memberikan kesempatan cahaya lebih banyak masuk karena secanggih apapun kamera , tetap perlu waktu untuk bekerja. Jika lampu hijau dekat Optical Viewfindermemory card.
menyala/berkelip segera tekan penuh Shutter Button untuk mengambil gambar, setelah terdengar bunyi beep berarti pemotretan sudah selesai dan gambar sudah tersimpan pada Kualitas Image dan Ukuran File Disamping teknik dasar pemotretan yang perlu anda ketahui adalah tentang hubungan antara kualitas image dengan besarnya ukuran file gambar.
Besar file dan kualitas gambar tergantung dari setting pixel pada saat kamera mengambil gambar dan memprosesnya untuk direkam ke dalam media penyimpanan. Misalnya pada kamera dengan kemampuan 4 Mbit, dengan setting maksimum, tiap gambar akan mencapai ukuran sebesar 9 sampai 15 mega bytes. Ini merupakan ukuran yang sangat besar! Coba bandingkan dengan ukuran disk drive kecil yang hanya menampung 1.4 mega bytes saja.
Untuk menanggulangi hal tersebut, di tiap kamera dilengkapi fasilitas kompresi gambar secara otomatis. Anda tidak perlu pusing dengan bagaimana cara memprosesnya dan settingnya, kamera akan mengaturnya secara otomatis. Mudah saja. Yang perlu Anda ketahui adalah bagaimana cara pengaturannya dan seberapa besar rasio pengkompresian tersebut.
Ada 3 jenis kompresi yang perlu Anda ketahui sebagai pertimbangan sebelum melakukan pemotretan yaitu : kompresi rasio rendah, kompresi rasio tinggi dan tidak ada kompresi Tidak ada kompresi | Rasio kompresi tinggi | Rasio kompresi rendah | nilai gambar sangat tinggi | mutu gambar rendah | mutu gambar tinggi | ukuran file sangat besar | ukuran file kecil | ukuran file besar | filename.tif | filename.gif | filename.jpg | Gambar cocok untuk dicetak ukuran besar dan liflet | Gambar cocok untuk image pada design web | Gambar cocok untuk designed multi media | | | | Coba perhatikan gambar di atas. Bila gambar diperbesar beberapa kali akan terlihat perbedaan kualitas. Dengan kompresi tinggi, beberapa titik gambar akan dihilangkan atau dibuat rata dengan seadanya. Akhirnya akan membuat gambar terkotak-kotak dan seakan-akan "pecah" seperti pada gambar bibir di tengah. Dengan kompresi rasio rendah, mutu gambar dapat dipertahankan sehingga gambar akan terlihat lebih alami seperti gambar bibir di sebelah kanan.
Disamping tingkat kompresi, resolusi gambar juga berpengaruh terhadap kualitas image. Semakin besar ukuran resolusi semakin halus kualitas gambar yang dihasilkan, dan sebaliknya semakin kecil resolusi semakin kasar kualitas gambar.
Setting Kamera Digital | | Sebelum melakukan pemotretan maka Anda sebaiknya melakukan setting kamera digital sesuai dengan kondisi objek dan hasil yang Anda inginkan. Secara umum fitur-fitur yang biasa disetting pada kamera digital antara lain : - Flash On/Off
Untuk mengaktifkan flash atau menonaktifkan dilakukan dengan mengakses menu kamera. Default flash kamera dalam keadaan off. Penggunaan flash disesuaikan dengan tingkat pencahayaan yang ada.
- Self Timer
Pada kamera digital self timer merupakan fasilitas untuk mangatur waktu pemotretan yang ditandai dengan nyalanya Self Timer Light yang bisa mencapai 10 detik. Selain memudahkan untuk memotret gambar diri, fitur ini juga berguna untuk mengambil gambar dalam keadaan cahaya yang kurang, karena bisa mengurangi guncangan saat menekan Shutter Button.
- Sharpness
Sharpness merupakan fasilitas untuk mengatur tingkat ketajaman gambar (lebih lembut atau lebih terang) yang akan menimbulkan efek yang berbeda pada image.
- White Balance
Setting White Balance meliputi : - Auto White Balance
Settingan ini adalah settingan otomatis. Fotografer mempercayakan sepenuhnya kepada kehebatan kamera dan biasanya kamera akan mencari settingan white balance yang paling natural, sama seperti aslinya.
- Day Light
Seperti namanya, settingan ini akan menormalisasi gambar yang berada pada lighting yang berlebihan seperti misalnya dalam kondisi outdoor yang bermandikan cahaya matahari. Warna yang diperkuat adalah kuning kecokelatan.
- Tungsten
Tungsten digunakan untuk menormalisasi gambar yang berada di bawah lampu tungsten. Jika digunakan dalam lingkungan yang normal, maka efek yang dihasilkan menjadi kebiru-biruan. Tidak seperti filter CPL yang membirukan warna biru, tungsten membuat keseluruhan gambar menjadi mayoritas berwarna biru.
- Fluorescent
Settingan ini digunakan untuk menormalisasi gambar yang berada di bawah lampu fluorescent atau yang lebih umum disebut neon warna putih atau lampu TL. Lampu TL adalah salah satu lampu yang paling tidak artistik, karena terlalu banyak menyemprotkan warna putih dan memudarkan warna yang lain. Untuk membuatnya lebih natural, bisa dipakai filter fluorescent.
- Picture Resolution
Pada kamera digital picture resolution merupakan fasilitas untuk mangatur resolusi dari image. Ada 3 jenis resolusi image pada kamera digital yaitu :
- Night Mode
Night Mode berfungsi untuk pemotretan dimalam hari saat cahaya redup/intensitas cahaya rendah
- Exposure
Exposure adalah jumlah cahaya yang masuk ke kamera yang mempunyai efek terhadap foto yang dihasilkan. Pencahayaan berlebih akan menyebabkan hasil foto washed-out (lazim disebut over-exposure/OE) dan pencahayaan kurang akan menyebabkan hasil foto gelap (lazim disebut under-exposure/UE). Lalu bagaimana mendapatkan cahaya yang tepat? Anda mengenal apa yang disebut lightmeter dalam dunia fotografi. Lightmeter ada yang built-in di dalam bodi kamera dan ada pula yang handheld. Anda menggunakan lightmeter untuk mengukur cahaya reflektif yang masuk ke dalam lensa dan prosesor kamera akan menentukan apakah sudah sesuai dengan stelan iso kamera Anda. Pada modus auto atau programmed auto, secara otomatis kamera akan mencarikan kombinasi yang tepat antara Aperture dan Shutter Speed. Pada modus Aperture Priority (A/Av) kamera akan menggunakan Aperture yang Anda pilih dan menentukan Shutter Speed yang cocok. Sebaliknya, pada modus Shutter Speed priority (S/Tv) kamera akan menggunakan Shutter Speed yang Anda pilih dan menentukan Aperture yang tepat. Pada modus manual (M) Anda akan harus menentukan kombinasi yang tepat dipandu oleh meter kamera tersebut.
Meter kamera adalah ukuran intensitas cahaya yang masuk itu. Jika meter menunjukkan kekurangan cahaya maka Anda bisa memperkecil Aperture atau memperlambat Shutter Speed. Sebaliknya jika meter menunjukkan kelebihan cahaya maka Anda bisa memperbesar Aperture atau mempercepat Shutter Speed. Perlu diingat bahwa semakin lambat Shutter Speed maka semakin besar peluang obyek kabur karena gerakan tangan, getaran kamera, atau gerakan obyek itu sendiri.
- Shutter Speed
Fungsi dari shutter speed adalah untuk mengatur cahaya yang masuk selama proses pengambilan gambar. Jika memotret objek diam maka shutter speed disetting diangka yang rendah, sedang untuk memotret objek yang bergerak shutter speed disetting diangka lebih tinggi. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk shutter tersebut terbuka akan sangat mempengaruhi "kecerahan" gambar (exposure) dan bagaimana gerakan yang mungkin terjadi akan terekam pula. Banyak orang kadang menyebutnya dengan kecepatan bukaan diafragma. Shuttershutter
Misalnya : Anda ingin mengambil foto jalanan yang ramai, sehingga terlihat kesan lampu mobil seperti garis-garis merah yang memenuhi jalan. Teknik ini dinamakan Long Exposure.
Ini bisa dilakukan dengan permainan efek Shutter Speed. Mari Anda lihat contoh di bawah:
Pada gambar paling kiri Shutter Speed di set pada kecepatan 1/250 detik. Sangat cepat! Dalam hal ini, kamera otomatis akan menentukan kecepatan Shutter Speed sehingga didapatkan hasil yg akurat. Akan tetapi, kadang Anda ingin menampilkan efek seolah-olah objek bergerak seperti kincir angin tersebut bergerak. Hal tersebut bisa didapat dengan mengeset Shutter pada angka yg lebih tinggi. Misalnya pada contoh ini, shutter speed yg digunakan adalah 0,8 detik. Dengan kata lain lensa akan terbuka selama 0,8 detik dan semua yg bergerak akan terekam saling tindih. Akibatnya akan terjadi blur dengan kecepatan rendah akan memberikan jatah cahaya yang masuk ke lensa lebih lama. Akibatnya gambar yang terekam seakan-akan lebih lembut dan terang. Sebaliknya, untuk dengan kecepatan tinggi, cahaya yang masuk akan sedikit dan gambar yang dihasilkan akan lebih gelap. di daerah kincir angin. Efek ini akan menimbukan kesan hidup pada foto. Perlu diingat, dengan bukaan yg lebih lama, Anda perlu menggunakan tripod. Sebab tangan Anda sendiri bergerak, yang akan mengakibatkan semua gambar jadi blur. Jadi seandainya tangan Anda bergerak, gerakan tersebut tidak seimbang dengan kecepatan 1/250 detik. Pada kamera, biasanya setting untuk shutter speed bisa ditemui dengan angka sebagai berikut: 1/1000, 1/500, 1/250, 1/125, 1/60, 1/30, 1/15, 1/8, 1/4, 1/2, 0.2, 0.3, 0.6, 1, 1.5, dan seterusnya. 1/250 berarti 250 miliseconds, dan 1.5 berarti satu setengah detik.
- Aperture
Aperture atau bukaan rana merupakan lebarnya lubang yang dibuka oleh kamera untuk mengizinkan cahaya masuk. Biasanya disimbolkan dengan angka f/stop. Semakin besar angkanya semakin kecil bukaannya. Apabila memotret diruang yang intesitas cahaya rendah maka dept of file disetting harus lebih lama/besar dengan angka semakin kecil, dan sebaliknya apabila memotret benda diruang yang terang maka dept of file disetting lebih cepat. Karena itu biasa ditulis sebagai penyebut pecahan seperti f/1.4, f/2, f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, f/11, f/16, f/22, dst. Aperture ini juga berkaitan dengan DoF (Depth of Field) atau ruang tajam yang bisa Anda definisikan sebagai ruangan di depan dan belakang obyek yang masih masuk dalam jangkauan focusBerikut adalah contoh efek dari setting aperture :
- Setting ISO (Sensitivitas Cahaya)
Pada kamera analog sensitivitas film dikenali lewat angka ASA seperti : ASA 100, ASA 200, sedangkan sensitivitas kamera digital diatur lewat setelan standar ISO. ISO (International Organization for Standardization) mengeluarkan standar untuk sensitivitas cahaya yang disebut ISO 5800. Jenis setelan ISO pencahayaan standar adalah 100, 200, 400 dan 800. Pada kamera yang lebih canggih, tersedia ISO 200 sampai 1600. ISO tinggi mampu menghasilkan gambar yang sempurna dalam ruangan tertutup, namun bisa menghasilkan efek negatif berupa noise (tampilan titik atau goresan pada gambar).
- Zooming
zooming akan menyebabkan perubahan f/stop menjadi lebih lambat (angka besar). Ini tentunya akan berpengaruh pada obyek yang ingin difoto. Penggunaan zoom pada kamera biasanya dibarengi dengan penggunaan zoom head pada flash. Lensa tele/zoom akan mempersempit sudut cakupan lensa dan zoom head pada flash akan mempersempit dispersi cahaya flash itu, yang dengan kata lain menambah intensitasnya sehingga bisa menjangkau lebih jauh. Zoom head pada posisi tele dgn lensa pada posisi wide akan menyebabkan ada bagian foto yang tidak mendapat cahaya atau Anda kenal dengan istilah vignet. Zoom head pada posisi wide dan lensa pada posisi tele akan menyebabkan cahaya flash tidak bisa menjangkau obyek yang jauh.
|
|
0 komentar:
Posting Komentar